Askep
Klien Dengan Trauma Abdomen
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidayat, 1997). Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian Data
DasarPemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah:
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera (trauma)
2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas(hipoventilasi, hiperventilasi, dll),
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenangatau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus ataumengalami gangguan fungsi.5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahanSelera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.6. Neurosensori.Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigoData Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma,perubahan status mental,Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi yang berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. PernafasanData Subyektif : Perubahan pola nafas.
9. KeamananData Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangg kognitif.Gangguan rentang gerak.
II. Focus intervensi
1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital
R/ untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
b. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
R/ mengidentifikasi keadaan perdarahan
c. Kaji tetesan infus
R/ awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan
d. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
R/ cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh
e. Tranfusi darah
R/ menggantikan darah yang keluar
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen. (Doenges, 2000)
Tujuan : Nyeri Teratasi
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri
R/ mengetahui tingkat nyeri klien
b. Beri posisi semi fowler.
R/ mengurngi kontraksi abdomen
c. Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
R/ membantu mengurangi rasa nyeri dengan mmengalihkan perhatian
d. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ analgetik membantu mengurangi rasa nyeri
e. Managemant lingkungan yang nyaman
R/ lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda infeksi
R/ mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih dini
b. Kaji keadaan luka
R/ keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi resiko infeksi
c. Kaji tanda-tanda vital
R/ suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya proses infeksi
d. Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi
R/ teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi nosokomial
e. Kolaborasi pemberian antibiotik
R/ antibiotik mencegah adanya infeksi bakteri dari luar
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
Tujuan: ansietas teratasi
Kriteria hasil:
a. Pasien mengungkapkan pemahaman penyakit saat ini
b. Pasien mendemontrasikan koping positif dalm menghadapi ansietas
Intervensi:
a. Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu
R/ koopong yang baik akan mengurangi ansietas klien
b. Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut dan berikan penanganan
R/ mengetahui nsietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi masalah dan umtuk memberikan penjelasan kepada klien
c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai penyakit
R/ apabila kliem tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan, klien mengerti dan diharapkan ansietas berkurang
d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres
R/ lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam menghadapi situasi
e. Dorong dan dukungan orang terdekat
R/ memotifasi klien
5. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik (Doenges, 2000)
Tujuan : Dapat bergerak bebas
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pasien untuk bergerak
R/ identifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi
b. Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
R/ meminimalisir pergerakan lien
c. Berikan latihan gerak aktif pasif
R/ melatih otot-otot klien
d. Bantu kebutuhan pasien
R/ membantu dalam mengatasi kebutuhan dasar klien
e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
R/ terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidayat. 1997, Buku Ajar Bedah,EC, Jakarta.
Doenges. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6, EGC ; Jakarta.Mansjoer, Arif. 2001.
Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.UI : Media Aesculapiushttp://health.groups.yahoo.com/group/indofirstaid/24,04,2008 12.29amhttp://indofirstaid.tk/04,24,2008 12.30amhttp://titik-awal.blogspot.com/ 04,24,2008 13.00amhttp://www.primarytraumacare.org/ptcmam/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 04,24,2008 13.10am
A. Pengertian
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidayat, 1997). Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian Data
DasarPemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah:
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera (trauma)
2. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas(hipoventilasi, hiperventilasi, dll),
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenangatau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus ataumengalami gangguan fungsi.5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahanSelera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.6. Neurosensori.Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigoData Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma,perubahan status mental,Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi yang berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. PernafasanData Subyektif : Perubahan pola nafas.
9. KeamananData Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangg kognitif.Gangguan rentang gerak.
II. Focus intervensi
1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital
R/ untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
b. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
R/ mengidentifikasi keadaan perdarahan
c. Kaji tetesan infus
R/ awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan
d. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
R/ cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh
e. Tranfusi darah
R/ menggantikan darah yang keluar
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen. (Doenges, 2000)
Tujuan : Nyeri Teratasi
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri
R/ mengetahui tingkat nyeri klien
b. Beri posisi semi fowler.
R/ mengurngi kontraksi abdomen
c. Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
R/ membantu mengurangi rasa nyeri dengan mmengalihkan perhatian
d. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ analgetik membantu mengurangi rasa nyeri
e. Managemant lingkungan yang nyaman
R/ lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda infeksi
R/ mengidentifikasi adanya resiko infeksi lebih dini
b. Kaji keadaan luka
R/ keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi resiko infeksi
c. Kaji tanda-tanda vital
R/ suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya proses infeksi
d. Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi
R/ teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi nosokomial
e. Kolaborasi pemberian antibiotik
R/ antibiotik mencegah adanya infeksi bakteri dari luar
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
Tujuan: ansietas teratasi
Kriteria hasil:
a. Pasien mengungkapkan pemahaman penyakit saat ini
b. Pasien mendemontrasikan koping positif dalm menghadapi ansietas
Intervensi:
a. Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu
R/ koopong yang baik akan mengurangi ansietas klien
b. Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut dan berikan penanganan
R/ mengetahui nsietas, rasa takut klien bisa mengidentifikasi masalah dan umtuk memberikan penjelasan kepada klien
c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai penyakit
R/ apabila kliem tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan, klien mengerti dan diharapkan ansietas berkurang
d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres
R/ lingkungan yang nyaman dapat membuat klien nyaman dalam menghadapi situasi
e. Dorong dan dukungan orang terdekat
R/ memotifasi klien
5. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik (Doenges, 2000)
Tujuan : Dapat bergerak bebas
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pasien untuk bergerak
R/ identifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi
b. Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien
R/ meminimalisir pergerakan lien
c. Berikan latihan gerak aktif pasif
R/ melatih otot-otot klien
d. Bantu kebutuhan pasien
R/ membantu dalam mengatasi kebutuhan dasar klien
e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
R/ terapi fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidayat. 1997, Buku Ajar Bedah,EC, Jakarta.
Doenges. 2000, Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6, EGC ; Jakarta.Mansjoer, Arif. 2001.
Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.UI : Media Aesculapiushttp://health.groups.yahoo.com/group/indofirstaid/24,04,2008 12.29amhttp://indofirstaid.tk/04,24,2008 12.30amhttp://titik-awal.blogspot.com/ 04,24,2008 13.00amhttp://www.primarytraumacare.org/ptcmam/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 04,24,2008 13.10am
Trauma Tumpul Abdomen
Definisi
Trauma abdomen didefinisikan sebagai
kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang
diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman,
2006).
Etiologi dan faktor resiko
Kecelakaan atau trauma yang terjadi
pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan
kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau
benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya
disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam
abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka
tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal
diabdomen.
Trauma merupakan penyebab tertinggi
kematian pada orang dewasa yang berusia dibawah 40 tahun dan menduduki
peringkat ke 5 penyebab kematian pada semua orang dewasa.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh
2 kekuatan yang merusak, yaitu :
- Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa
penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan
oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera
akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk
pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
- Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan
penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh
tusukan benda tajam atau luka tembak.
Organ pada abdomen yang terkena
kerusakan terbagi atas dua (Swearingen & Kose, 1999), yaitu :
- Organ Padat / solid yaitu : hati, limpa dan pancreas
- Organ berlubang (hollow) yaitu : lambung, usus dan kandung kemih
Tanda dan gejala
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri
sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar.
Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan
dirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi
3. Cairan atau udara dibawah
diafragma
Yang disebabkan oleh nyeri dibahu
adalah :
1. Kehr’s sign
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan
oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben
2. Mual dan muntah
3. Penurunan kesadaran (malaise,
letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan
darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi
Pemeriksaan diagnostik
l. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada
thorax.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line
data bila terjadi perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan
pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa
terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan
ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya
trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan
kemungkinan trauma pads hepar.
3. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam
rongga peritoneum, udara bebas retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan
perubahan gambaran usus
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada
saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat
menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya
dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal.
6. Diagnostic Peritoneal
Lavage (DPL)
dapat membantu menemukan adanya
darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi
DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Bereuna sebagai pemeriksaan tambahan
pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar
dan retroperitoneum.
Penatalaksanaan Medis
l. Abdominal paracentesis Ã
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan indikasi untuk
laparotomi
2. Pemeriksaan laparoskopi Ã
mengetahui secara langsung peneyebab akut abdomen
3. Pemasangan NGT Ã memeriksa cairan
yang keluar dari lambung pada trauma abdomen
4. Pemberian antibiotik à mencegah infeksi
5. Laparotomi
Sebelum operasi à pemasangan NGT,
pemasangan dauer-katheter, pemberian antibiotik, pemasangan
ASUHAN
KEPERAWATAN TRAUMA TUMPUL ABDOMEN
A. PENGERTIAN
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung
pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga
abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga
(lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan
mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli
200)
ETIOLOGI / FAKTOR PENYEBAB
Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga
dan terjatuh dari ketinggian.
PATHOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia
(akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh
dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat
trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk)
untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan
pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini
juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma
juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya
walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua
keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh
gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap
permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal
yang disebabkan beberapa mekanisme :
Meningkatnya
tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar
seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
Terjepitnya
organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau
struktur tulang dinding thoraks.
Terjadi
gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada
organ dan pedikel vaskuler.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Dalam
pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan prinsip – prinsip Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala prioritas A (Airway), B
(Breathing), C (Circulation). Hal ini dikarenakan trauma abdomen harus dianggap
sebagai dari multi trauma dan dalam pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya
saja.
Anamnesa
Biodata
Keluhan
Utama
Keluhan
yang dirasakan sakit.
Hal
spesifik dengan penyebab dari traumanya.
Riwayat
penyakit sekarang (Trauma)
Penyebab
dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.
Kalau
penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat jatuh.
Kapan
kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
Berapa
berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran mana
yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.
Riwayat
Penyakit yang lalu
Kemungkinan
pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.
Apakah
pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan faal
hemostasis.
Riwayat
psikososial spiritual
Persepsi
pasien terhadap musibah yang dialami.
Apakah
musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.
Adakah
kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).
Pemeriksaan
Fisik
Sistim
Pernapasan
Pada
inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan
napasnya.
Pada
palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan tertinggal.
Pada
perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.
Pada
auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.
1.2.2
Sistim cardivaskuler (B2 = blead)
Pada
inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah abdominal
dan adakah anemis.
Pada
palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana suara detak
jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.
Sistim
Neurologis (B3 = Brain)
Pada
inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.
Pada
palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak
Bagaimana
tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
Sistim
Gatrointestinal (B4 = bowel)
Pada
inspeksi :
Adakah
jejas dan luka atau adanya organ yang luar.
Adakah
distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.
Adakah
pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.
Apakah
kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan adanya abdomen
iritasi.
Pada
palpasi :
Adakah
spasme / defance mascular dan abdomen.
Adakah
nyeri tekan dan pada quadran berapa.
Kalau
ada vulnus sebatas mana kedalamannya.
Pada
perkusi :
Adakah
nyeri ketok dan pada quadran mana.
Kemungkinan
– kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam cavum abdomen.
Pada
Auskultasi :
Kemungkinan
adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.
Pada
rectal toucher :
Kemungkinan
adanya darah / lendir pada sarung tangan.
Adanya
ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.
Sistim
Urologi ( B5 = bladder)
Pada
inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi pada daerah
vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya.
Pada
palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi.
Pada
perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.
Sistim
Tulang dan Otot ( B6 = Bone )
Pada
inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah pelvis.
Pada
palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.
Pemeriksaan
Penunjang :
Radiologi
:
Foto
BOF (Buick Oversic Foto)
Bila
perlu thoraks foto.
USG
(Ultrasonografi)
Laboratorium
:
Darah
lengkap dan sample darah (untuk transfusi)
Disini
terpenting Hb serial ½ jam sekali sebanyak 3 kali.
Urine
lengkap (terutama ery dalam urine)
Elektro
Kardiogram
Pemeriksaan
ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.
Perencanaan
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh darah
arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya
perdarahan, jejas atau luka dan distensi abdomen.
Tujuan :
Keseimbangan
cairan tubuh teratasi.
Sirkulasi
dinamik (perdarahan) dapat diatasi.
Kriteria
Hasil :
Cairan
yang keluar seimbang , tidak didapat gejala – gejala dehidrasi.
Perdarahan
yang keluar dapat berhenti, tidak didapat anemis, Hb diatas 80 gr %
Tanda
vital dalam batas normal.
Perkusi
: Tidak didapatkan distensi abdomen.
Perubahan
perfusi jaringan sehubungan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke
seluruh tubuh yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral dingin, capillary
refill lebih dari 3 detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam.
Tujuan :
Tidak
terjadi / mempertahankan perfusi jaringan dalam kondisi normal.
Kriteria
hasil :
Status
haemodinamik dalam kondisi normal dan stabil.
Suhu
dan warna kulit bagian akral hangat dan kemerahan.
Capillary
reffil kurang dari 3 detik.
Produksi
urine lebih dari 30 ml/jam.
Nyeri
sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan
pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.
Tujuan :
Rasa
nyeri yang dialami klien berkurang / hilang.
Kriteria
hasil :
Klien
mengatakan nyerinya berkurang atau hilang.
Klien
nampak tidak menyeringai kesakitan.
Tanda
– tanda vital dalam batas normal.
Cemas
sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai
dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah
tegang dan gelisah.
Tujuan :
Kecemasan
dapat diatasi.
Kriteria
hasil :
Klien
mengatakan tidak cemas.
Ekspresi
wajah klien tampak tenang dan tidak gelisah.
Klien
dapat menggunakan koping mekanisme yang efektif secara fisik – psiko untuk
mengurangi kecemasan.
Kurangnya
pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan kurangnya
informasi tentang sebab dan akibat dari trauma serta dampak dari pembedahan
yang ditandai dengan pasien / keluarga sering bertanya dari petugas yang satu
ke petugas yang lain, klien / keluarga nampak belum kooperatif.
Tujuan :
Klien
/ keluarga mengerti dan memahami tentang tindakan pembedahan yang akan
dilakukan.
Kriteria
hasil :
Klien
/ keluarga memahami prosedur dan tindakan yang akan dilakukan.
Klien
kooperatif setiap tindakan yang terkait dengan persiapan pembedahan.
Pelaksanaan Perawatan
Dalam
pelaksanaan sesuai dengan rencana perawatan dengan modifikasi sesuai dengan
kondisi pasien dan kondisi ruangan dan asuhan perawatan yang telah dilakukan di
tulis pada lembar catata perawatan sesuai dengan tanggal, jam, serta tanda
tangan, nama yang melakukan.
Evaluasi
Evaluasi
dilaksanakan setiap saat setelah rencana perawatan dilakukan serta ssat pasien
pindah dari IRD, sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan criteria
keberhasilan pada tujuan rencana perawatan. Dengan demikian evaluasi dapat
dilakukan sesuai dengan criteria / sasaran secara rinci di tulis pada lembar
catatan perkembangan yang berisikan S-O-A-P-I-E-R (data Subyek, Obyek,
Assesment, Implemetasi, Evaluasi dan Revisi.). Dari catatan perkembangan ini
seorang perawat dapat mengetahui beberapa hal antara lain :
Apakah
datanya sudah relevan dengan kondisi saat ini.
Apakah
ada data tambahan selama melaksanakan intervensi (perencanaan perawatan).
Adakah
tujuan perencanaan yang belum tercapai.
Tujuan
perencanaan perawatan manakah yang belum tercapai.
Apakah
perlu adanya perubahan dalam perencanaan perawatan.
DAFTAR
PUSTAKA
American
Callege Of Surgeons. 1997. Advced Trauma Life Suport (ATLS) for Doctors,
Edition 6, Amerika Serikat.
Departemen
Kesehatan RI. 1990. Pusat Diklat Tenaga Kesehatan, Penerapan Proses
Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem Pernafasan. Depkes RI.
Horison’
s. Gangguan Saluran Pencernaan, Edisi 9 Terjemahan Adji Dharma, EGC
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Dolan
T. Joant. 1991. Critical Care Nursing Clinical Management Through The
Nursing Proces, New York. Amerika Serikat, FA Davis Company. Philadephia.
Doenges
E. Marilyn. Et All. 1987. Nursing Care Plans, Edition 2, Company
Philadephia.
Wolf.
Weitzel. Fuest. 1984. Dasar – Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta. PT Gunung
Agung.
kumpulanaskep43.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar